news Details

PENGOBATAN HEPATITIS

DR dr Hery Djagat P, Sp.PD & dr Hesti Triwahyu Hutami, Sp.PD, KGEH dari RSUP Dr Kariadi Semarang

Semarang (26/07) - Hepatitis merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya inflamasi atau peradangan pada organ liver/ hati. Terjadinya peradangan pada hati dapat disebabkan oleh infeksi virus ( virus hepatitis A, B, C, D, E),  kuman,  parasit dan virus lainnya,  alkohol, obat dan zat kimia, perlemakan non alkohol, otoimun, ataupun gangguan hemodinamik hati.  Peradangan pada hati  dapat berupa hepatitis akut dan kronik.  Hepatitis karena virus yang sering dijumpai adalah hepatitis virus A, B dan C.. Berbeda dengan hepatitis virus A yang perjalanan penyakitnya tidak bisa berlanjut menjadi kronik, hepatitis virus B, C dapat berlanjut menjadi hepatitis kronik.  Hepatitis  virus B dan C merupakan tantangan kesehatan yang besar, karena menyebabkan infeksi pada  325 juta orang di seluruh dunia. Keduanya merupakan penyebab kanker hati, yang merupakan penyebab 1,34 juta kematian setiap tahunnya.  Hepatitis virus B  dan C adalah infeksi kronis yang   tidak menunjukkan gejala yang nyata,  dimana infeksi berjalan bertahun tahun berakhir dengan  suatu  penyakit hati kronis berupa sirosis hati, kanker hati maupun penyakit hati tahap lanjut.

                Virus penyebab hepatitis B (VHB) yang merupakan virus DNA masuk ke dalam tubuh melalui darah, selanjutnya partikel virus (Dane partikel) masuk ke dalam hati dan terjadi proses perkembangbiakan virus. Sel sel hati akan memproduksi dan mengeluarkan Dane partikel, partikel HBsAg dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB akan merangsang respon imun tubuh. Yang dirangsang pertama kali adalah respon imun non spesifik, yang mulai aktif dalam waktu pendek (menit sampai jam). Untuk proses penghancuran VHB lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik. Respon imun spesifik akan menyebabkan eliminasi VHB pada sel hati yang terinfeksi. Bila proses eliminasi virus berlangsung optimal, maka infeksi VHB akan sembuh. Namun bila proses berjalan tidak sempurna maka infeksi VHB akan menjadi kronik. Penyebab ketidaksempurnaan respon imun tersebut adalah faktor virus dan faktor pejamu. Faktor virus antara lain imunotoleransi, hambatan sel limfosit yang melakukan penghancuran sel hati yang terinfeksi dan menyatunya VHB dalam sel hati. Faktor pejamu meliputi faktor genetik, kurangnya produksi mediator inflamasi, kelainan fungsi limfosit, faktor jenis kelamin dan hormonal. Sembilan puluh persen individu yang mendapat infeksi VHB sejak lahir , maka HBsAg nya akan tetap positif sepanjang hidupnya dan menderita hepatitis kronik.  Pada individu dewasa yang mendapat infeksi hanya 5% yang akan mengalami infeksi  menetap atau kronik. Perjalanan infeksi hepatitis B ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi virus dan respon imun individu

                Berbeda dengan virus hepatitis B , virus penyebab hepatitis C (VHC) merupakan virus RNA yang termasuk dalam golongan flavivirus. Berdasarkan  National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) diperkirakan prevalensi infeksi hepatitis C di United State sebesar 4,1 juta individu dewasa. Prevalensi hepatitis C di Indonesia berbeda antar daerah, dimana di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di pulau lainnya. Pada pendonor darah di Pulau Jawa, prevalensi anti HCV positif  positif sebesar 1,5% dan HCV RNA positif sebesar 1,1%. 

 

Gejala

Hepatitis A menunjukkan gejala berupa flu like syndrome  berupa demam, kelemahan, mual, kulit kuning dan kencing berwarna seperti teh. Pada sebagian besar kasus hepatitis B tidak didapatkan keluhan ataupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati normal.  Beberapa kasus didapatkan pembesaran hati , lien dan tanda adanya penyakit hati menahun seperti eritema palmaris, spider nevi, penurunan albumin. Pada umumnya hepatitis  C  juga tidak menimbulkan gejala , hanya 20-30% saja yang menimbulkan gejala hepatitis akut 7-8 minggu setelah paparan, seperti mual, malaise, kulit kuning . Gejala di luar hati diantaranya berupa cryoglobulinemia ( glomerulopathy, vasculitis, purpura, arthralgia). Infeksi akan berlanjut menjadi kronik pada 70-90% kasus dan seringkali tidak menimbulkan gejala walaupun proses kerusakan hati berjalan terus.  Pada 15-20% penderita hepatitis C  akan berlanjut untuk menjadi sirosis hati setelah 20-30 tahun kemudian.  Perkembangan menjadi sirosis hati dipengaruhi oleh faktor seperti asupan alkohol, infeksi bersamaan dengan VHB atau virus HIV, jenis kelamin laki laki dan usia tua saat terjadinya infeksi. Sirosis hati akan berkembang menjadi kanker hati dengan angka kejadian 1-4% per tahun.  

Penularan

Virus hepatitis A ditularkan melalui fecal-oral yaitu masuk bersama makanan minuman dan berkembang biak di  saluran cerna dan hati. . Virus hepatitis B, C ditularkan melalui  darah, cairan tubuh  dan hubungan seksual, seperti misalnya pada tindakan tranfusi darah, dialisis, pembuatan tato, penggunakan jarum suntik.

Diagnosis

Infeksi hepatitis A diketahui dengan adanya gejala pada penderita dan pemeriksaan antibodi virus HAV yaitu IgM anti HAV positif. Infeksi hepatitis B ditegakkan dengan adanya antigen VHB yaitu HBsAg positif. Infeksi hepatitis C dapat diketahui dengan memeriksa antibodi terhadap VHC , yaitu anti HCV positif. Untuk menggambarkan infeksi yang sebenarnya berupa adanya VHC dalam serum (secara kualitiatif dan kuantitatif), serta mengetahui genotipe VHC, dapat diperiksa HCV RNA.

Pengobatan

Infeksi hepatitis virus A bersifat self limiting disease, pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik dan suportif.   Pengobatan hepatitis virus B ditujukan untuk mencegah atau menghentikan progresi jejas hati dengan menekan replikasi virus atau menghilangkan infeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, target akhir pengobatan adalah hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara menetap (HBeAg dan HBVDNA).  Terdapat 2 (dua) kelompok pengobatan infeksi hepatitis B yaitu kelompok imuno modulasi/ memperkuat sistem imun (contohnya Interferon) dan kelompok anti virus (Lamivudin, Adevofir).  Penderita infeksi Hepatitis B virus walaupun  belum bisa dikatakan sembuh, dengan pengobatan yang ada penyakit bisa dikontrol dan komplikasi kanker hati bisa ditekan. Pengobatan infeksi hepatitis C dengan menggunakan Interferon alfa  dan  Ribavirin. Dengan adanya obat terbaru  yaitu golongan Direct Antiviral Agent (DAA), angka kesembuhan bisa mencapai > 90%.  

               

 

PENGOBATAN HEPATITIS

DR dr Hery Djagat P, Sp.PD & dr Hesti Triwahyu Hutami, Sp.PD, KGEH dari RSUP Dr Kariadi Semarang

Semarang (26/07) - Hepatitis merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya inflamasi atau peradangan pada organ liver/ hati. Terjadinya peradangan pada hati dapat disebabkan oleh infeksi virus ( virus hepatitis A, B, C, D, E),  kuman,  parasit dan virus lainnya,  alkohol, obat dan zat kimia, perlemakan non alkohol, otoimun, ataupun gangguan hemodinamik hati.  Peradangan pada hati  dapat berupa hepatitis akut dan kronik.  Hepatitis karena virus yang sering dijumpai adalah hepatitis virus A, B dan C.. Berbeda dengan hepatitis virus A yang perjalanan penyakitnya tidak bisa berlanjut menjadi kronik, hepatitis virus B, C dapat berlanjut menjadi hepatitis kronik.  Hepatitis  virus B dan C merupakan tantangan kesehatan yang besar, karena menyebabkan infeksi pada  325 juta orang di seluruh dunia. Keduanya merupakan penyebab kanker hati, yang merupakan penyebab 1,34 juta kematian setiap tahunnya.  Hepatitis virus B  dan C adalah infeksi kronis yang   tidak menunjukkan gejala yang nyata,  dimana infeksi berjalan bertahun tahun berakhir dengan  suatu  penyakit hati kronis berupa sirosis hati, kanker hati maupun penyakit hati tahap lanjut.

                Virus penyebab hepatitis B (VHB) yang merupakan virus DNA masuk ke dalam tubuh melalui darah, selanjutnya partikel virus (Dane partikel) masuk ke dalam hati dan terjadi proses perkembangbiakan virus. Sel sel hati akan memproduksi dan mengeluarkan Dane partikel, partikel HBsAg dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB akan merangsang respon imun tubuh. Yang dirangsang pertama kali adalah respon imun non spesifik, yang mulai aktif dalam waktu pendek (menit sampai jam). Untuk proses penghancuran VHB lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik. Respon imun spesifik akan menyebabkan eliminasi VHB pada sel hati yang terinfeksi. Bila proses eliminasi virus berlangsung optimal, maka infeksi VHB akan sembuh. Namun bila proses berjalan tidak sempurna maka infeksi VHB akan menjadi kronik. Penyebab ketidaksempurnaan respon imun tersebut adalah faktor virus dan faktor pejamu. Faktor virus antara lain imunotoleransi, hambatan sel limfosit yang melakukan penghancuran sel hati yang terinfeksi dan menyatunya VHB dalam sel hati. Faktor pejamu meliputi faktor genetik, kurangnya produksi mediator inflamasi, kelainan fungsi limfosit, faktor jenis kelamin dan hormonal. Sembilan puluh persen individu yang mendapat infeksi VHB sejak lahir , maka HBsAg nya akan tetap positif sepanjang hidupnya dan menderita hepatitis kronik.  Pada individu dewasa yang mendapat infeksi hanya 5% yang akan mengalami infeksi  menetap atau kronik. Perjalanan infeksi hepatitis B ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi virus dan respon imun individu

                Berbeda dengan virus hepatitis B , virus penyebab hepatitis C (VHC) merupakan virus RNA yang termasuk dalam golongan flavivirus. Berdasarkan  National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) diperkirakan prevalensi infeksi hepatitis C di United State sebesar 4,1 juta individu dewasa. Prevalensi hepatitis C di Indonesia berbeda antar daerah, dimana di Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan di pulau lainnya. Pada pendonor darah di Pulau Jawa, prevalensi anti HCV positif  positif sebesar 1,5% dan HCV RNA positif sebesar 1,1%. 

 

Gejala

Hepatitis A menunjukkan gejala berupa flu like syndrome  berupa demam, kelemahan, mual, kulit kuning dan kencing berwarna seperti teh. Pada sebagian besar kasus hepatitis B tidak didapatkan keluhan ataupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati normal.  Beberapa kasus didapatkan pembesaran hati , lien dan tanda adanya penyakit hati menahun seperti eritema palmaris, spider nevi, penurunan albumin. Pada umumnya hepatitis  C  juga tidak menimbulkan gejala , hanya 20-30% saja yang menimbulkan gejala hepatitis akut 7-8 minggu setelah paparan, seperti mual, malaise, kulit kuning . Gejala di luar hati diantaranya berupa cryoglobulinemia ( glomerulopathy, vasculitis, purpura, arthralgia). Infeksi akan berlanjut menjadi kronik pada 70-90% kasus dan seringkali tidak menimbulkan gejala walaupun proses kerusakan hati berjalan terus.  Pada 15-20% penderita hepatitis C  akan berlanjut untuk menjadi sirosis hati setelah 20-30 tahun kemudian.  Perkembangan menjadi sirosis hati dipengaruhi oleh faktor seperti asupan alkohol, infeksi bersamaan dengan VHB atau virus HIV, jenis kelamin laki laki dan usia tua saat terjadinya infeksi. Sirosis hati akan berkembang menjadi kanker hati dengan angka kejadian 1-4% per tahun.  

Penularan

Virus hepatitis A ditularkan melalui fecal-oral yaitu masuk bersama makanan minuman dan berkembang biak di  saluran cerna dan hati. . Virus hepatitis B, C ditularkan melalui  darah, cairan tubuh  dan hubungan seksual, seperti misalnya pada tindakan tranfusi darah, dialisis, pembuatan tato, penggunakan jarum suntik.

Diagnosis

Infeksi hepatitis A diketahui dengan adanya gejala pada penderita dan pemeriksaan antibodi virus HAV yaitu IgM anti HAV positif. Infeksi hepatitis B ditegakkan dengan adanya antigen VHB yaitu HBsAg positif. Infeksi hepatitis C dapat diketahui dengan memeriksa antibodi terhadap VHC , yaitu anti HCV positif. Untuk menggambarkan infeksi yang sebenarnya berupa adanya VHC dalam serum (secara kualitiatif dan kuantitatif), serta mengetahui genotipe VHC, dapat diperiksa HCV RNA.

Pengobatan

Infeksi hepatitis virus A bersifat self limiting disease, pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik dan suportif.   Pengobatan hepatitis virus B ditujukan untuk mencegah atau menghentikan progresi jejas hati dengan menekan replikasi virus atau menghilangkan infeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, target akhir pengobatan adalah hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara menetap (HBeAg dan HBVDNA).  Terdapat 2 (dua) kelompok pengobatan infeksi hepatitis B yaitu kelompok imuno modulasi/ memperkuat sistem imun (contohnya Interferon) dan kelompok anti virus (Lamivudin, Adevofir).  Penderita infeksi Hepatitis B virus walaupun  belum bisa dikatakan sembuh, dengan pengobatan yang ada penyakit bisa dikontrol dan komplikasi kanker hati bisa ditekan. Pengobatan infeksi hepatitis C dengan menggunakan Interferon alfa  dan  Ribavirin. Dengan adanya obat terbaru  yaitu golongan Direct Antiviral Agent (DAA), angka kesembuhan bisa mencapai > 90%.  

               

 

Share:

Tags:

Beri Komentar