news Details

PENGARUH TERAPI RADIASI PADA KANKER NASOFARING TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT

Resta Diamawati, drg, Sp.KG dari  RSUP Dr. Kariadi

Terapi radiasi adalah salah satu metode pengobatan terhadap penyakit keganasan dan penggunaan saat ini semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan. Terapi radiasi merupakan metode pengobatan penyakit kanker dengan menggunakan radiasi elektromagnetik atau particular berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker dengan cara menimbulkan kerusakan reproduksi dari sel kanker di dalam tubuh.

Pemberian terapi radiasi pada penderita kanker nasofaring ( daerah leher, telinga, dan kepala) akan menyebabkan perubahan morfologi sel epitel mukosa di dalam rongga mulut, sehingga apat menimbulkan komplikasi pada mukosa mulut, kelenjar air ludah/ liur, gigi geligi dan tulang rahang.

 

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

  1. Komplikasi dini, biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah radioterapi, seperti: mulut terasa kering, jaringan lunak (mukosa) di dalam mulut meradang, timbul bercak-bercak putih di permukaan mukosa, mulut dan timbul rasa gatal-gatal, timbul rasa mual dan muntah.
  2. Komplikasi lanjut, biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti: kerontokan rambut yang bersifat permanen dan biasanya terbatas pada daerah yang terkena sinar radiasi, kerusakan pembuluh darah dan aliran limfe.

Terapi radiasi pada penderita kanker kepala & leher akan mempunyai efek samping di dalam rongga mulut berupa:

  1. Mukositis (peradangan jaringan mukosa mulut)

Gejala diawali dengan gambaran mukosa keputih-putihan yang menandakan adanya pengelupasan sel-sel mukosa ( keratinisasi secara tidak normal) dan disertai peradangan di daerah yang terlibat. Tingkat mukositis tergantung pada jenis terapi radiasi, dosis radiasi yang diberikan, dan lama pengobatan. Bila dosis yang diberikan tidak terlalu besar maka reaksi mukositis akan mereda dan jaringan kadang-kadang cenderung pulih menjadi normal kembali.

 

  1. Xerostomia (berkurangnya pengeluaran air ludah/ liur)

Air ludah merupakan faktor penting untuk kesehatan mulut karena berperanan penting sebagai pelumas gigi, membantu penelanan bolus makanan, memberi rasa pengecapan,  sebagai pelarut, dan bersifat antivirus, antibakteri dan antijamur. Radioterapi dapat menyebabkan penurunan laju aliran air ludah dan memburuknya kandungan enzim-enzim yang dikeluarkannya. Penurunan jumlah aliran air ludah menyebabkan kekentalan (viskositas) dan komposisi air ludah nerubah menjadi sangat kental dan lengket, pH (keasaman) turun drastis, dan penurunan daya larut (buffer) terhadap lingkungannya.

Konsekwensi xerostomia yang disebabkan radiasi antara lain: kekeringan pada mulut, rasa haus, kesulitan pada fungsi oral, kesulitan pada pemakaian protesa gigi, pengecapan terganggu, sensai terbakar, perubahan jaringan mukosa di dalam mulut dan karies  radiasi.

 

  1. Karies Radiasi

Terapi radiasi yang dilakukan bila mengenai gigi yang telah tumbuh (erupsi), maka karies radiasi akan mulai terjadi dalam beberapa bulan setelah terapi. Perkembangan karies pada pasien dengan kondisi xerostomia memeliki pola yang khas, yaitu sangan cepat menyerang daerah tepi servikal gigi, yaitu daerah gigi yang berbatasan dengan gusi, sehingga gigi menjadi sangan sensitif terhadap panas dan dingin. Selain dari kondisi xerostomia, karies radiasi juga dipengaruhi oleh perubahan diet. Makanan yang lunak atau makanan cair berkadar karbohidrat tinggi yang menjadi menu sehari-hari bisa menyebabkan perubahan flora di dalam mulut yang akan mempercepat timbulnya karies setelah terapi radiasi. Pda anak-anak yang menjalani terapi radiasi dimana gigi sedang dalam masa pertumbuhan, maka radiasi dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuan gigi, antara lain: menyebabkan bentuk gigi mengecil, akar gigi pendek atau tumpul, mahkota gigi kecil, dan peerkembangan gigi yang tertunda.

 

  1. Trismus (kekakuan pada otot pengunyahan)

Terapi radiasi untuk terapi kanker di kepala dan leher sering menyebabkan trismus. Kesulitan membuka mulut yang lebah rendah dari 3 jari tangan dapat dianggap sebagai trismus.

 

Penatalaksanaan efek samping pada rongga mulut dari radioterapi sebagai berikut:

1. Pra radioterapi

Untuk mencagah karies radiasi, pasien diwajibkan melakukan penyikatan gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor 3% NAF  dua kali sehari. Selain itu juga perlu mengurangi konsumsi makanan yang bersifat kariogenik (mengandung gula tinggi), memakai sikat gigi yang berbulu sikat lembut, kumur-kumur dengan obat kumur, dan pemakaian benang gigi untuk memaksimalkan pembersihan plak gigi.

 

2. Selama radioterapi.

Selama pelaksanaan radioterapi kanker pada daerah kepala dan leher apabila ada keluhan pada rongga mulut sebaiknya segera diperiksakan ke dokter gigi untuk mendapat perawatan awal pada gigi dan mukosa mulut untuk mengurangi efek terapi radiasi.

 

3. Paska Radioterapi.

Setelah pelaksanaan radioterapi berakhir dapat dilakukan pemeriksaan kondisi rongga mulut pasien setiap 3 bulan sekali, dan pasien tetap harus memelihara kebersihan rongga mulutnya.

 

 

Share:

Tags:

Beri Komentar