news Details

Penyakit Jantung Bawaan

Oleh Ari Kusumantoro, S.Kep,.Ners dari RSUP Dr.Kariadi

 

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung sejak bayi di dalam kandungan. Dimana terjandi gangguan aliran darah dalam ruang jantung sehingga darah yang dipompa tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada katup, ruang jantung, septum (dinding penyekat antar ruang jantung), atau pembuluh darah dari dan ke jantung.

Gangguan aliran darah ini akan menimbulkan keluhan dan gejala pada penderitanya


• Faktor Risiko PJB
Penyebab terjadinya kelainan struktur jantung selama proses pembentukan janin belum diketahui secara pasti. Namun, ada sejumlah kondisi ibu hamil yang dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung bawaan pada bayi, yaitu :


• Memiliki riwayat keluarga yang menderita PJB atau penyakit akibat kelainan genetik, seperti sindrom Down.
• Ibu menderita diabetes tipe 1 atau 2 yang tidak terkontrol.
• Ibu mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan merokok saat hamil.
• Ibu mengalami infeksi virus, seperti rubella pada trimester pertama kehamilan.
• Ibu mengonsumsi obat-obatan tertentu selama hamil, seperti obat anti kejang, dan obat golongan statin, tanpa petunjuk dokter.
• Ibu sering terpapar pelarut organik yang ditemukan dalam produk cat, cat kuku atau lem.
• Menderita penyakit tertentu yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.


• Jenis PJB
Ada banyak jenis penyakit jantung bawaan. Namun, secara umum gangguan ini dapat dibagi berdasarkan bagian yang mengalami gangguan, yaitu
• PJB dengan kelainan pada katup
Kondisi ini disebabkan oleh tidak berfungsinya katup akibat kelemahan atau tertutupnya katup jantung sejak lahir. Beberapa kelainan jantung bawaan jenis ini adalah:


• Tricuspid atresia, terjadi saat katup antara serambi kanan dan bilik kanan tidak terbentuk.
• Pulmonary atresia, terjadi karena gangguan pada katup antara bilik kanan dan paru-paru, sehingga darah tidak dapat mengalir ke paru-paru.
• Stenosis katup aorta, terjadi saat katup antara bilik kiri dan aorta tidak terbentuk sempurna dan menyempit, sehingga jantung sulit memompa darah.


• PJB dengan Kelainan pada Dinding Jantung
Kelainan pada dinding pembatas atrium dan ventrikel akan menyebabkan gangguan pemompaan jantung dan berkumpulnya darah pada bagian yang tidak seharusnya. Contoh PJB jenis ini adalah:


• Defek septum pada ventrikel atau atrium, terjadi saat ada lubang di dinding bilik atau atrium jantung.
• Tetralogy of Fallot, terjadi saat ada kombinasi empat PJB saat lahir, seperti defek septum dan stenosis (penyempitan) katup paru-paru.


PJB dengan Kelainan pada Pembuluh Darah
Kelainan ini terjadi pada pembuluh darah arteri dan vena dari dan ke jantung yang menyebabkan hambatan pada aliran darah dari dan menuju jantung. Contoh PJB jenis ini antara lain:


• Patent ductus arteriosus (PDA), terjadi saat ada celah atau lubang di pembuluh darah aorta yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
• Transposisi arteri besar (TAB), terjadi saat posisi arteri pulmonal (pembuluh darah dari jantung ke paru-paru) dan aorta terbalik.
• Truncus arteriosus, terjadi saat ada pemisahan tidak sempurna antara aorta dan arteri paru-paru.
• Koarktasio aorta, terjadi saat aorta menyempit.


Selain tiga kategori di atas, PJB juga dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sianotik dan asianotik. Sianotik menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah, ditandai dengan semburat biru di kulit serta kesulitan bernapas. Sedangkan penderita asianotik umumnya tidak mengalami kondisi tersebut.
• Gejala PJB
PJB dapat diketahui sejak bayi dalam kandungan atau setelah dilahirkan. Salah satu gejala PJB pada janin adalah detak jantung yang tidak beraturan (aritmia). Keadaan ini dapat terdeteksi selama pemeriksaan rutin kehamilan dengan USG. Meski sudah melakukan pemeriksaan rutin dengan USG, gejala PJB dapat tidak tampak hingga bayi lahir. Umumnya bayi lahir dengan kelainan jantung mengalami gejala:


• Tampak semburat kebiruan atau kehitaman pada bibir, kulit atau jari-jari.
• Tampak kelelahan dan kesulitan bernapas, terutama ketika disusui.
• Memiliki berat badan rendah.
• Pertumbuhan terhambat.
• Pembengkakan pada tungkai, perut atau sekitar mata.
• Infeksi paru-paru yang berulang.
• Sering keringat dingin.


Gejala PJB muncul beberapa tahun setelah bayi lahir, seperti saat masa kanak-kanak atau remaja. Gejala berupa:


• Detak jantung tidak beraturan
• Pusing dan sering kelelahan, terutama saat berolahraga.
• Kesulitan bernapas atau napas terengah-engah.
• Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki atau tangan.
• Kulit tampak kebiruan (sianosis).
• Mudah pingsan atau kehilangan kesadaran.


Tindakan yang Dilakukan Jika Ditemukan Gejala

• Segera memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
• Kontrol rutin sesuai anjuran untuk memantau perkembangan penyakit.
• Diagnosis PJB


Pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan PJB dengan :


• Echocardiografi jantung, untuk melihat kondisi jantung melalui gelombang suara.
• Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aktivitas listrik di jantung.
• Kateterisasi jantung, untuk mengetahui aliran dan tekanan darah di jantung.
• Rontgen, CT scan atau MRI, untuk melihat struktur jantung.
• Pulse oximetry, untuk mengukur kadar oksigen darah.
• Treadmill, untuk melihat kondisi jantung saat pasien berolahraga.
• Uji Genetika, untuk mengetahui faktor keturunan yang dapat menyebabkan kelainan jantung.

• Penanganan PJB

Penanganan PJB bertujuan memperbaiki kelainan jantung atau mengatasi komplikasi yang muncul, dengan cara:


• Penggunaan obat-obatan
• Pemasangan alat pacu jantung
• Kateterisasi jantung
• Operasi jantung
• Transplantasi jantung


• Komplikasi PJB
Komplikasi yang dapat muncul akibat PJB, antara lain:


• Aritmia atau detak jantung tidak teratur.
• Gagal jantung.
• Infeksi pada jantung
• Hipertensi pulmonal
• Infeksi saluran pernapasan/ Batuk pilek.
• Penggumpalan darah dan stroke.
• Gangguan belajar.


• Pencegahan PJB
Ibu hamil dapat menekan risiko bayi PJB dengan langkah-langkah:


• Melakukan vaksinasi rubella dan flu, jika belum melakukannya.
• Rajin mengonsumsi asam folat selama trimester pertama kehamilan.
• Mengkontrol gula darah sebelum dan selama kehamilan, jika menderita diabetes.
• Melakukan kontrol rutin selama kehamilan .

 

 

Share:

Tags: Penyakit Jantung Bawaan

Beri Komentar